Rabu, 18 November 2015

Cara menarik kesimpulan ada dua macam:
1. Induksi

Induksi adalah penalaran yang dimulai dengan menyebutkan peristiwa-peristiwa khusus, kemudian menarik kesimpulan secara umum yang mencakup semua peristiwa tadi.
Contoh :
Setelah dioberikan penilaian dari seluruh karangan anak-anak kelas XII, ternyata karangan Tomy, Iwan, Hera dan Susi mendapat nilai 8. Anak-anak yang lain mendapat nilai 7. Hanya Manaf yang mendapatkan nilai 6, dan tidak seorangpun yang mendapatkan nilai kurang. Boleh dikatan, anak-anak kelas XII cukup pandai mengarang.
Penalaran induksi terbagi menjadi tiga macam:
  1. Generalisasi
Penalaran generalisasi dimulai dengan mengemukakan peristiwa-peristiwa khusus untuk mengambil kesimpulan secara umum.
Contoh sama dengan induksi.
Setelah diberikan penilaian dari seluruh karangan anak-anak kelas XII, ternyata karangan Tomy, Iwan, Hera dan Susi mendapat nilai 8. Anak-anak yang lain mendapat nilai 7. Hanya Manaf yang mendapatkan nilai 6, dan tidak seorangpun yang mendapatkan nilai kurang. Boleh dikatan, anak-anak kelas XII cukup pandai mengarang.
  1. Analogi
Analogi adalah penalaran yang membandingkan dua hal yang berbeda, tetapi memiliki berbagai persmaan. Berdasarkan persamaan-persamaan tersebut, ditariklah suatu kesimpulan.
Contoh :
Seseorang yang menuntut ilmu sama halnya dengan mendaki gunung. Sewaktu mendaki, ada saja rintangan seperti jalan yang licin,yang membuat seseorang jatuh. Ada pula semak belukar yang sukar dilalui. Dapatkah seseorang melaluinya? Begitu pula bila menuntut ilmu, seseorang akan mengalami rintangan seperti kesulitan ekonomi, kesulitan memahami pelajaran, dan sebagainya. Apakah dia sanggup melaluinya? Jadi, menuntut ilmu sama halnya dengan mendaki gunung untuk mecapai puncaknya.
  1. Sebab-akibat atau Akibat-Sebab
Sebab-akibat yaitu penalaran yang dimulai dengan mengemukakan fakta berupa sebab lalu disusul dengan kesimpulan yang berupa akibat.
Contoh : sebab-akibat
Hujan berturut-turut mengguyur desa kami. Air sungai berangsur-angsur naik. Jalan dan halaman rumah kami pun mulai digenangi air. Akhirnya, banjir pun melanda desa kami.
Akibat-sebab yaitu penalaran yang dimulai dengan mengemukakan fakta berupa akibat lalu disusul dengan kesimpulan yang berupa sebab.
Contoh : akibat-sebab
Kemarin Hasan tidak masuk kantor. Hari ini pun tidak. Pagi tadi isterinya ke apotek membeli obat. Sakitkah Hasan?
2. Deduksi

Deduksi adalah penalaran yang dimulai dengan mengemukakan peristiwa yang bersifat umum, kemudian menarik kesimpulan yang bersifat khusus.
Ada dua cara menarik kesimpulan dengan penalaran deduksi :
  1. menarik kesimpulan dengan satu premis
contoh :
Premis umum : hari kamis, tanggal 1 Januari 2009, merupakan hari libur nasional.
Kesimpulan :
o   pada hari itu semua sekolah libur
o   pada hari itu guru, murid, dan karyawan sekolah juga tidak masuk
o   pada hari itu semua kantor tutup
o   pada hari itu semua karyawan kantor tidak masuk dinas.
  1. Menarik kesimpulan dengan dua premis
Contoh :
  1. Premis (1a)      : semua pengendara kendaraan bermotor harus mempunyai SIM.
Premis (1b)      : sopir adalah pengendara kendaraan bermotor
Kesimpulan     : jadi, sopir harus mempunyai SIM.
  1. Premis (2a)      : Angkatan Bersenjata ketika dinas berpakaian seragam
Premis (2b)      : Angkatan Darat termasuk Angkatan Bersenjata
Kesimpulan     : Angkatan Darat ketika dinas pasti berpakaian seragam.

sumber dari : http://aristjoyoungsmandoli.blogspot.co.id/2013/11/ringkasan-materi-bahasa-indonesia-sma.html
Majas adalah bahasa kias yang dapat menghidupkan atau meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu.
Macam-macam majas :
A. Majas penegasan

1.      Pleonasme adalah majas penegasan dengan menggunakan kata yang samamaksud dengan kata mendahuluinya atau majas yang menggunakan kata-kata yang lebih banyak daripada yang diperlukan.
      Contoh :
o   saya telah mendengar hal itu dengan telinga saya sendiri.
o   Turun segera ke bawah (turun sudah berarti ke bawah)
2.      Repetisi adalah penegasan dengan jalan mengulang  kata atau kelompik kata yang sama untuk maksud menarik perhatian atau lebih menegaskan.Biasa dipakai dalam pidato atau karangan prosa.
Contoh:
o   Adakah suaraku kau dengar. Adakah petunjukku kau ikuti. Adakah nasihatku kau pegang teguh?
o   Hanya dengan belajar, sekali lagi belajar cita-citamu dapat berhasil
3.      Tautologi adalah majas penegasan dengan jalan mengul;ang sebuah kata beberapa kali dalam sebuah kalimat.
Contoh:
o   Jangan, jangan sekali-kali kau ulangi lagi!
o   Tidak, tidak mungkin  ia melakukan perbuatan sekeji itu!
4.      Pararelisme adalah gaya bahasa pengulangan dalam puisi.
            Pararelisme dibagi dua macam :
a.       Anapora, pengulangan awal baris puisi.
                     Contoh:     Ada padang, ada belalang
                                       Ada usaha pasti menang
b.      Epipora, pengulangan kata pada akhir baris puisi.
Contoh:     Yang datang, datang juga
Yang pulang, pulang juga
Orang ramai mengalir juga
Pekik sorak bersahut juga
5.      Klimaks yaitu majas penegasan yang melukiskan keadaan yang makin naik atau tinggi.
Contoh:
o   suaranya perlahan, lantang, mengguntur, mengeledek, membangkitkan semangat
o   Hujan rinai-rinai, rintik-rintik, gerimis, makin deras dan akhirnya bagai dicurahkan dari langit.
6.      Antiklimaks yaitu majas penegasan yang melukiskan keadaan yang semakin turun.
Contoh:
o   bukan seribu, bukan seratus, bukan sepuluh, tetapi hanya satui yuang aku minta
o   Presiden, para menteri, pembesar-pembesar dan rakyat jelata semusnya hadir dalam upacara itu.
7.      Retorik adalah majas penegasan berupa pertanyaan yang tidak memerlukan jawaban, karena telah sama-sama dimaklumi jawabannya. Biasanya dipakai dalam pidato, untuk menandaskan maksud atau untuk mengejek.
Contoh :
o   Sudahkah tercapai masyarakat yang adil dan makmur?
o   Tidakkah semuanya ingin bahagia?
8.      Inversi adalah majas berupa susunan kalimat yang predikatnya mendahului subjek, dengan tujuan untuk menghidupkan pernyataan.
Contoh :
o   Datanglah ia perlahan-lahan.
o   Menangislah kekasihnya tersedu-sedu.
9.      Elipsis adalah majas penegasan yang menyebutkan salah satu bagian kalimat saja, mungkin subjek saja, predikat saja atau objek saja, karena sudah dalam suasana yang sama-sama dimaklumi.
Contoh :
o   Saya? (mungkin maksudnya: sayakah yang Anda panggil?)
o   Pergi! (mungkin maksudnya: pergilah engkau sekarang!)
10.  Koreksio adalah majas penegasan yang menggunakan kata lain yang lebih tepat sebagai koreksi terhadap kata yang dipakai terdahulu atau majas yang menegaskan sesuatu, tetapi kemudian memperbaikinya.
Contoh :
o   Bajunya kemerah-merahan, bukan merah muda yang dipakainya kemarin.
o   Sudah empat kali saya mengunjungi daerah itu, ah bukan, sudah lima kali.
11.  Interupsi adalah majas penegasan yang menysipkan kata atau kelompok kata pada kalimat.
Contoh :
o   Ia – juga teman-temannya- telah pergi.
o   Aku – kalau tidak karena terpaksa – tidak mau melakukan itu.
12.  Asindeton adalah majas penegasan yang menyebutkan sesuatu berturut-turut tanpa menggunakan kata penghubung, agar pembaca mengalihkan perhatiannya kepada hal-hal yang disebutkan itu.
Contoh :
o   Bus, truk, sedan, jip, becak, sepeda motor
Semuanya diatahn dan penumpangnya diperiksa satu persatu
o   Piring, gelas, sendok, garpu, buku, pena
Semua dijual di toko itu.
13.  Polisendeton adalah majas penegasan yang melukiskan rangkaian kejadian dengan menggunakan kata penghubung, lebih-lebih dalam sastra lama.
Contoh :
o   Maka apabila sampailah dekat kepada kampung orang, apabila orang empunya kampung itu melhita akan dia, maka diusirnyalah dengan kayu, maka si miskin itu pun larilah ia lalu ke pasar.
14.  Preterito adalah majas penegasan yang menyembunyikan maksud yang sebenarnya supaya pendengar berpikir dan turu menyelididki.
Contoh :
o   Tak perlu saya sebutkan siapa orangnya kamu sudah tahu sendiri
o   Hal ini tak usah saya ceritakan lagi, umum sudah tahu.
15.  Enumersi adalah majas penegasan yang menguraikan secara satu persatu dengan kalimat yang singkat agar bagian-bagian itu jelas dalam keseluruhan.

Contoh :
o   Manusia hidup dari zaman ke zaman
Yang satu bertaut dengan yang lain
Rukun dan damai selalu dijaga
Silang sengketa dijauhkan
Saling jaga bina martabat bersama
Agar semua hidup bahagia
16.  Eksklamasi adalah majas penegasan yang memakai kata-kata seru untuk mempertegas seruan.
Contoh :
o   Aduh, aduhai indahnya pemandangan di puncak Bromo waktu fajar menyingsing.
o   Ya Allah, Ya Tuhan lindungilah kami dari bencana alam ini!
B. Majas Perbandingan

1.      Metafora (meta + phoreo berarti perumpamaan, bertukar nama atau perbandingan langsung) adalah Majas yang menggunakan perbandingan singkat dan padat yang dinyatakan secara implisit atau memperbandingkan sesuatu secara langsung terhadap penggantinya.
Contoh :
o   Sang ratu malam telah muncul di ufuk timur (ratu malam = bulan)
o   Jantung hatinya hilang tanpa berita (jantung hati = kekasih)
2.      Personifikasi adalah majas yang menggambarkan melukiskan benda tak bernyawa seolah-olah memiliki sifat insani (seperti manusia).
Contoh :
o   Buih laut menjilati pantai. (menjilati adalah perbuatan manusia)’.
o   Tanah air Indonesia memanggil pemuda dan pemudi.
o   Kapal layar telah hilang ditelan ombak.
3.      Litotes adalah majas yang dipakai untuk menyatakan sesuatu dengan tujuan merendahkan diri dengan menyebutkan keadaan yang berlawanan.
Contoh :
o   Mampirlah ke pondok kami ini! (padahal rumahnya gedung)
o   Makanlah seadanya! (padahal yang dihidangkan makanan yang lezat-lezat).
4.      Metonimia adalah majas yang memakai nama ciri atau nama hal yang diatutkan/dikaitkan dengan orang, barang atau hal sebagai penggantinya.
Contoh :
o   Minggu depan ia bertukar cincin. (tukar cincin = bertunangan)
o   Sambil merenungi nasib kekasihnya, diisapnya jarum dalam-dalam. (jarum = rokok jarum)
5.      Eufimisme adalah majas pelembut yaitu majas yang memakai kata-kata halus sebagai ganti kata-kata yang dianggap kasar, kurang sopan atau tabu.
Contoh :
o   Saya akan ke belakang sebentar. (ke belakang = ke WC)
o   Pohon itu ada penghuninya. (penghuninya = roh halus yang tinggal di pohon itu/hantu)
6.      Hiperbola adalah majas yang dipakai untuk melebih-lebihkan sesuatu.
Contoh :
o   Kemarahanku sudah menjadi-jadi hingga hampi-hampir meledakkan aku.
o   Sorak sorai penonton membelah angkasa.
7.      Alusio adalah majas yang memakai karmina atau pantun kilat yang tidak diselesaikan, untuk menyampaikan suatu maksud yang tersembunyi.
Contoh :
o   Sudah gaharu cendana pula. (sudah tahu tapi masih bertanya juga)
o   Pinggan tak retak nasi tak dingin. (tuan tak hendak, kami pun tak ingin)
8.      Asosiasi adalah majas perbandingan yang menimbulkan asosiasi/persamaan terhadap keadaan yang sebenarnya.
Contoh :
o   Mukanya bagai bulan penuh. (mukanya bundar atau bulat)
9.      Tropen adalah majas kiasan dengan kata atau istilah lain terhadap pekerjaan yang dilakukan seseorang.
      Contoh :
o   Pikirannya melambung tinggi. (memikirka yang hebat-hebat)
o   Berhari-hari ia terbenam dengan buku. (ia tekun belajar).
10.  Pers pro toto adalah majas yang menyebut sebagian tapi yang dimaksudkan seluruh bagian.
      Contoh :
o   Bapak gubernur membangun Gelanggang Remaja. (yang membangun adalah para pekerjanya)
o   Rudy Hartono memenangkan Thomas Cup. ( tidak hanya Rudi Hartono saja yang memenangkannya, melainkan semua regu Thomas Cup Indonesia).
11.  Totem pro parte adalah majas yang menyebutkan seluruh bagian tetapi yang dimaksudkan hanya sebagian saja.
      Contoh :
o   Indonesia adalah negara pertanian, (tidak semua rakyat Indonesia bertani, hanya sebagian besarnya saja)
o   Sekolah kami memenangkan pertandingan bola voli. ( yang menang sesungguhnya hanya regu yang main saja)
12.  Antonomasia adalah majas untuk manytakan gelaran atau julukan terhadap seseorang.
      Contoh :
o   Si kancil membual. (Disebut kancil karena badannya kecil)
13.  Alegori adalah majas yang terdapat di dalam cerita yang diceritakan dengan lambang-lambang. Alegori sering mengandung sifat-sifat moral atau spiritual. Alegori biasanya merupakan cerita-cerita yang panjang dengan tujuan yang terselubung. Alegori dapat berbentuk puisi dan prosa. Contohnya. Kancil dan Buaya.
14.  Simile (perumpamaan) adalah majas yang berupa perbandingan dua hal yang pada hakekatnya berbeda tetapi sengaja dianggap sama. Biasanya dinyatakan dengan kata: seperti, bagai, sebagai , seumpama, laksana, bak, ibarat, dsb.
      Contoh :
o   bedanya seperti langit dan bumi
o   semangatnya keras bagaikan baja
C. Majas Sindiran

1.      Ironi adalah majas sindiran halus.
      Contoh :
o   Banyak benar uangmu. (padahal tidak banyak)
o   Bagus benar tulisanmu! (padahal tulisannya tidak bisa dibaca)
2.      Sinis adalah majas sindiran tajam
      Contoh :
o   Sakit telingaku mendengarkan suaramu. (suaranya tidak mengenakkan)
o   Sepanjang hari makan saja kerjamu. (menyindir orang yang sering makan)
3.      Sarkasme adalah majas yang berisi cemoohan yang kasar, bahkan kadang-kadang merupakan kutukan.
      Contoh :
o   Cis! Jijik saya melihat kamu!
o   Mampuslah kau, tidak mau mendengar nasihat orang!
D. Majas Pertentangan

  1. Kontradiksi adalah majas pertentangan dengan jalan menggunakan sebuah kata bertentangan dengan arti kata yang dipakai terdahulu.
Contoh :
o   Semua buku telah disampul, hanya buku sejarah yang belum.
o   Saudar-saudaranya telah hadir semua, kecuali adiknya.
  1. Paradoks adalah majas pertentangan yang melukiskan sesuatu seoalah-olah berlawanan atau majas yang berupa pertentangan dua objek yang berbeda.
      Contoh :
o   Di kota yang ramai ini, ia merasa kesepian.
o   Musuh sering merupakan kawan yang akrab.
  1. Antitesis adalah majas yang memakai kata-kata berlawanan arti, untuk lebih menghidupkan pernyataan.
      Contoh :
o   Tua-muda, besar-kecil, laki-laki-permpuan, berduyun-duyun pergi ke tanah lapang.
o   Hujan-pans, siang-malam, pagi-sore tak henti-hentinyaia mencari barang hilang itu.

sumber dari : http://aristjoyoungsmandoli.blogspot.co.id/2013/11/ringkasan-materi-bahasa-indonesia-sma.html